Terdapat beberapa opsi teknologi yang bisa dipilih untuk dapat mewujudkan transparansi proses dalam level implementasi operasional, mulai dari *Stand-alone application*, **Enterprise Resource Planning** (ERP), **Workflow Management** (WfM), **Enterprise Integration Application** (EAI), maupun **Business Process Management Suites** (BPMS). Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan di area implementasi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.

[**Transparansi Proses**](http://pojokprogrammer.net/content/transparansi-proses) – Terdapat beberapa opsi teknologi yang bisa dipilih untuk dapat mewujudkan transparansi proses dalam level implementasi operasional, mulai dari ***Stand-alone application***, ***Enterprise Resource Planning*** (ERP), ***Workflow Management*** (WfM), ***Enterprise Integration Application*** (EAI), maupun ***Business Process Management Suites*** (BPMS). Masing-masing teknologi mempunyai keunggulan di area implementasi yang spesifik sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.

Dari sekian opsi yang tersedia, maka pilihan penggunaan teknologi BPMS dinilai yang paling tepat untuk mewujudkan implementasi transparansi proses. BPMS menawarkan segala kemudahan untuk pemodelan, implementasi, eksekusi, monitoring, dan mendukung prinsip-prinsip *agility*, yaitu kemampuan untuk beradaptasi terhadap sebuah perubahan secara cepat dan mudah.

Lingkungan yang kompetitif dan kebijakan internal perusahaan yang terus berubah akan memaksa organisasi selalu dalam kondisi siap dalam mengadopsi berbagai penyesuaian yang ada, termasuk perubahan proses bisnis. Adaptasi terhadap perubahan proses bisnis tersebut menuntut aspek kecepatan dan kelincahan.

BPMS memberikan solusi yang elegan dan sistematis untuk mengakomodasi perubahan-perubahan pada level teknis implementasi proses bisnis dalam hitungan hari bahkan jam. Sesuatu hal yang mungkin sulit dilakukan jika menggunakan teknologi non-BPMS, apalagi jika perubahan proses bisnis tersebut melibatkan kolaborasi antar departemen atau fungsional.

Dengan kelincahan dan kecepatan tersebut, diharapkan organisasi dapat merespon setiap perubahan yang terjadi. Hal ini berarti secara tidak langsung akan mengarahkan budaya perusahaan menjadi organisasi yang *agile* dengan melibatkan faktor manusia, sistem, dan piranti teknologi pendukungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *